Trekking ke Kanekes

baduy1baduy3Bulan Maret ini diawali dengan perjalanan ke Kanekes, Lebak, Banten. Ada apa sih di Kanekes? Kanekes adalah wilayah administratif tempat tinggal suku Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dan, menurut sebuah sumber yang pernah kubaca, orang Baduy lebih suka dibahasakan sebagai Urang Kanekes (orang Kanekes).

Perjalanan dimulai dari titik kumpul kantor, di Gedung WTC Sudirman, jam 7 pagi di hari Sabtu. Ada 32 orang yang akan berangkat dengan 3 buah elf. Setelah melewati tol arah Merak, kami keluar di pintu Balaraja Barat, mengarah ke Jalan Raya Ciboleger. Total Perjalanan dengan mobil sekitar 5 jam, karena ada beberapa ruas jalan yang tidak halus, sekaligus padat kendaraan (area pabrik maupun pasar).

Selepas makan siang dan sholat Duhur, perjalanan menuju tempat kita menginap di Kampung Gajeboh dimulai. Oiya, Terminal Ciboleger ini cukup hidup, meskipun tidak bisa dibilang ramai kendaraan. Ada mushola, tempat makan, toilet umum dan minimarket di pintu masuk ke Baduy ini.

Medan yang dilalui adalah tanah merah yang sebagian ditata dengan pecahan batu-batu kali ukuran besar. awalnya adalah deretan rumah yang juga dijadikan tempat berjualan barang kerajinan khas Baduy sekaligus tempat menenun. Dilanjutkan dengan kebun (mau dibilang hutan, tapi kok ga lebat) dengan kontur sedikit berbukit (naik turun dikit lah…). ada sungai kecil juga yang kita seberangi. Setelah itu, kita akan susuri tepian sungai Cihujung. Nah, dah deket dan akhirnya sampailah di Kampung Gajebo. Kampung Gajebo bukanlah kampung pertama yang dijumpai setelah Terminal, bukan pula Kampung terakhir sebelum Baduy Dalam. Hanya saja, kampung ini yang benar-benar terletak ditepi sungai Cihujung. Dan dalam pengamatanku, sangat siap un tuk disinggahi oleh orang-orang yang hendak menginap.

Salah satu tambahan kelebihan  kampung ini adalah adanya jembatan panjang melintasi sungai. Jadi kalau yang mau berfoto, bisa deh sedikit terpuaskan. Kesempatan berfoto hanya dapat dilakukan di wilayah Baduy luar. Di area Baduy Dalam, segala peralatan elektronik harus dimatikan, termasuk juga telepon genggam. (cat: foto jembatan juga aku upload).

Sore dan malam hari kami habiskan di Kampung Gajeboh. Saat malam, kondisi tempat kita menginap benar-benar gelap karna disini penerangan hanya mengandalkan lampu tenaga surya ditambah dengan langit yang masih mendung selepas hujan di sore harinya.

Beberapa teman mengeluhkan pengap. Rumah-rumah disini rata-rata memiliki 2 buah pintu, satu di bagian depan untuk masuk ke rumah, dan satu lagi di samping yang digunakan untuk masuk ke dapur. Ada beberapa rumah yang memiliki jendela, namun jendela ini diletakkan di bagian yang sama dengan dapur. Sehingga sirkulasi udara di bagian utama rumah memang hanya mengandalkan pintu depan. Well, akhirnya semua orang bisa tidur nyenyak dan bangun dengan gembira.

Minggu paginya setelah packing, sarapan dan pemanasan, kami memulai perjalanan trekking ke wilayah Baduy Dalam, dengan target melintas di Kampung Cibeo. Rute yang dilalui melewati beberapa kampung, menyusuri kebun dan hutan, menyeberangi sungai dengan jembatan bambu baik panjang maupun pendek, kemudian juga padang setengah terbuka dengan matahari yang cukup terik saat itu. Perjalanan yang direncanakan ditempuh lima jam berjalan kaki menjadi 6 jam karena kami sering beristirahat dan agar tim tidak terpisah terlalu jauh.

Banyak hal yang kami lihat dan resapi dalam perjalanan ini. Menikmati dua hari yang sangat berbeda dari hari-hari biasa. Tanpa gadget, tanpa listrik, fasilitas mck tertutup yang sangat terbatas. Sekaligus juga menyaksikan orang-orang yang sangat menikmati kesederhanaan dan keselarasan dengan alam.

 

 

 

 

 

 

 

Leave a comment